Jumat, 24 Juni 2016
Terima Kasih Khrisna Pabichara
Tidak ada yang pernah tahu dan menduga, perkenalanku dengan Khrisna Pabichara menemukanku dengan cerita kuno Bugis-Makassar yang mungkin selama 21 tahun aku tidak pernah ketahui sejak aku dilahirkan oleh ibunda ku yang keturunan asli Bugis Barru dan tentunya keluarga dari ibuku sendiri. Mungkin karena aku dibesarkan di kota Denpasar, mengikuti jejak orang tuaku merantau ke Bali.
Minggu, 19 Juni 2016
Sungguh Tanpa Kau Tahu
Hai Saweri,
gak terasa ya sudah hampir lima tahun kenal sama kamu. Dulu Cuma bisa jadi
pemuja rahasia, sejak tahu kamu namanya fatma lewat foto, lewat facebook,
sampai perjuangan bisa dapatin nomer HP mu.
Perlu aku
ceritakan kepadamu dari awal kenapa aku begitu kagum dengan kamu, sejak awal
lihat fotomu sudah kagum banget. Terus coba cari tahu di media sosial seperti
facebook dan twitter, ternyata ada, dan mulai dari situ ingin mempelajari
perjalananmu. Beberapa kali kegiatan organisasi pernah dua kali bertemu.
Jumat, 24 Oktober 2014
Nge-Galau Karena Tesis
Mungkin kamu pernah merasakan bagaimana rasanya di akhir semester 5 Tesis belum jadi apa-apa?. Judulnya saja belum jadi. Bentuknya mau bagaimana saja belum tahu. Sudah hampir 3 semester Tesis belum apa-apa. Itu sakitnya di sini *sambil nunjuk tombol Enter di keyboard*.
Sama halnya dengan pengalaman saya. Bukan pengalaman sebenarnya. Tapi ini benar-benar terjadi saat ini. Saya di semester lima saat ini telah melewatkan waktu saya untuk mengerjakan Tesis S2 saya. Betapa tidak, seharusnya semester 3 itu sudah menulis Bab 1 dan Bab 2. Semester 4 sudah menulis Bab 3, Bab 4 dan Penutup, serta ujian Tesis, dan menjelang masuk semester 5 sudah wisuda. Itu semua yang saya ceritakan di atas bukan pada saya, tapi pada kawan-kawan saya yang baru saja kemarin Kamis (23/10) wisuda pascasarjana UGM.
Ya , Saya ternyata tidak seberuntung kawan-kawan saya yang telah mendahului saya. Mungkin istilah "keberuntungan" saya itu tidak saya ambil di semester 3 dan 4. Saya berharap di semester 5 ini ada keberuntungan. Pertama, keberuntungan bisa segera mendapat judul yang pas dan teori analisis yang pas. sehingga memudahkan pekerjaan saya mengerjakan tesis ini. tentunya dipandu oleh pembimbing yang handal dan saya nyaman dengan beliau. Keberuntungan kedua, tentunya bisa dikerjakan tepat waktu, sekarang bulan Oktober, ya maksimal Desember tanggal 15 sudah selesailah. Keberuntungan ketiga, setidaknya dari semua proses yang saya lakukan untuk pengerjaan tesis ini tidak ada hambatan sama sekali. Lancar Jaya.
Kegiatan di luar dari pengerjaan tesis saya sudah mulai saya kurangi. Seperti urusan radio, siaran dll. Mengurus Media Sosial twitter dan Facebook. Ya saya sekarang mulai berdoa, supaya Tuhan memudahkan pekerjaan saya ini, agar bisa segera memberikan manfaat yang banyak bagi orang lain, dari diri saya dan ilmu yang telah saya dapatkan. Karena sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka, berikan manfaat yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kamu ya.
Kolong Website Muhammadiyah, Malam Sabtu 24 Oktober 2014
Selasa, 14 Mei 2013
Contoh Menulis Laporan PKL Di Media Massa (1)
Media massa
merupakan sebuah kebutuhan bagi kebanyakan orang untuk mendapatkan informasi
terbaru, selain media elektronik. Suatu media baik cetak maupun elektronik
menggunakan bahasa jurnalistik. Menurut Rosihan Anwar dalam pengertianbahasajurnalistik.romeltea@yahoo.com
bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa
pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki beberapa ciri khas
yaitu : singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa
jurnalistik didasarkan pada bahasa baku ,
tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memerhatikan ejaan yang benar.
Kosakata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
Bahasa jurnalistik memiliki
dua ciri utama yakni komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung
menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight
to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, dan tanpa
basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya
penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan
mudah dimengerti orang awam. Bahasa Jurnalistik diperlukan oleh insan pers
untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca, pendengar atau penonton (ciribahasajurnalistik/blog.E.kangarul@gmail.com).
Penggunaan bahasa jurnalistik pada harian Radar Jogja tidak berbeda jauh dengan media massa lainnya. Akan tetapi, jika ada kata
yang jarang terdengar oleh sebagian masyarakat dan memastikan penggunaan ejaannya
dalam sebuah berita, Radar Jogja berpatokan
pada kamus “Satu Kata Jawa Pos” bukan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun,
apabila kata tersebut tidak terdapat dalam kamus “Satu Kata Jawa Pos” maka KBBI online sebagai patokan kedua. Hal
ini disebabkan karena Radar Jogja
merupakan grup atau di bawah naungan harian Jawa
Pos. Selain Radar Madura yang
termasuk grup dari Jawa Pos, Radar Bali,
Radar Banyuwangi, Radar Solo, Radar Jogja, Radar Jember, Radar Makasar, dan radar-radar lainnya
juga termasuk Jawa Pos Grup. Oleh
karena itu, dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Radar Madura untuk mengetahui dan meneliti bahasa jurnalistik yang
tidak sesuai dengan KBBI dan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) serta mengenal dunia penyuntingan
dalam media massa.
Dalam media massa
sebelum berita tersebut diterbitkan, perlu adanya penyunting bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, penyunting
bahasa adalah penyunting yang menyempurnakan naskah dari segi bahasa (ejaan,
diksi, dan struktur). Penyunting adalah orang yang bertugas menyiapkan naskah
siap cetak atau orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
pada media massa .
Kata menyunting didefinisikan sebagai menyiapkan naskah siap cetak atau siap
diterbitkan dengan memerhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa.
Radar Jogja menyebut
penyunting dengan sebutan copywriter
masih dalam bahasa Inggris yang artinya ‘penulis cetak’. Teknik penyuntingan
pada harian pagi Radar Jogja
memiliki beberapa tahapan atau proses. Proses akhir suatu berita sebelum
dicetak dan diterbitkan, ditangani terlebih dahulu oleh penyunting.
Tujuan utama penyuntingan sesuai dengan kode etik penyuntingan oleh Mien
A. Rifai ialah mengolah naskah sehingga layak terbit sesuai dengan patokan
pembakuan yang digariskan dan dipersyaratkan (Hidayat, 2001:83).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa masalah yang
diungkap dalam laporan PKL ini. Adapun masalah yang akan dibahas sebagai
berikut.
1. Bagaimana memahami dan meneliti penggunaan
bahasa jurnalistik pada berita harian pagi Radar
Jogja?
2.
Apa saja tugas sebagai seorang penyunting?
3. Bagaimana teknik penyuntingan
berita pada harian pagi Radar Madura?
1.3 Tujuan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan agar mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung dan jelas bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya
sehingga mahasiswa dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah
dengan praktik dalam dunia kerja. Tujuan PKL dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) meliputi sebagai berikut.
1.
Membentuk insan akademik yang professional.
2. Sebagai salah satu bentuk nyata
perwujudan Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian terhadap masyarakat.
3. Memberikan pengalaman belajar
sebagai pengaplikasian dari teori yang dipelajari di perkuliahan ke dalam dunia
kerja.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka tujuan secara
khusus Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut.
1.
Mampu mengenal dan memahami bahasa jurnalistik.
2.
Mengetahui tugas seorang penyunting baik sesuai dengan
kaidah dan teori yang diperoleh di bangku kuliah serta pengalaman yang didapat
pada Praktik Kerja Lapangan (PKL).
3.
Dapat mengetahui teknik atau cara kerja penyunting
dalam media massa
sehingga mampu menyunting berita.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah kepustakaan
dengan mengacu beberapa buku sebagai referensinya. Selain itu, dilakukan
observasi atau pengamatan langsung terhadap berita untuk diperbaiki atau
disunting dari segi penulisan baik bahasa, ejaan, pemakaian kata, kalimat, dan
paragrafnya sebelum diterbitkan serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh di
perkuliahan.
Sinopsis Novel Mekar Karena Memar Karya Alex L Tobing
Herman, salah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran, begitu menggebu-gebu
perasaannya ketika ia dinyatakan lulus ujian tingkat pertama. Sebab,
selanjutnya ia harus menekuni pelajaran yang lebih mendalam di tingkat dua.
Akan tetapi, saat-saat ia mengikuti kegiatan belajar di tingkat dua, khususnya
terhadap mata kuliah Praktikum perasaannya menjadi gamang. Rasa gamang itu
dialaminya ketika ia berada di ruang bedah, berhadapan dengan tubuh manusia
yang telah terbaring kaku dan siap diporak-porandakan oleh tangan calon dokter.
Mayat-mayat itu umumnya adalah mayat yang tidak dikenal atau mayat yang tidak
diambil oleh keluarganya, dan tidak seorang pun yang mau mengakuinya setelah
beberapa hari berada di kamar mayat. Maka untuk selanjutnya, bebaslah
tangan-tangan yang kelak akan menyandang dokter ahli bedah, menyobek atau
mengeluarkan isi tubuh sesuai dengan keperluan mereka. Disitulah Herman pertama
kali berkenalan dengan harga manusia; sebuah kepala (tengkorak) dapat
diperjualbelikan dengan harga hanya Rp 40,00 pada saat itu. Betapa tidak
berharganya manusia ketika tubuh telah terpisah dengan nyawa. Di samping itu,
mayat-mayat itu tidak pernah menyatakan protes, walaupun salah satu anggota
tubuhnya telah menjadi hiasan dalam sebuah lemari kaca sang ahli bedah.
Hari itu Herman sedang melaksanakan tugas praktikum. Pada mulanya ia
tidak melihat adanya seorang asisten di kamar bedah. Namun, ia memberanikan
diri untuk menyayat kulit sesosok mayat. Tiba-tiba saja, telinganya menangkap
suara seorang gadis yang bertanya. Paggilan gadis itu adalah Lita. Nama yang
sebenarnya adalah May Kim Lian. Gadis Tionghoa itu telah lama menjadi asisten.
Ia tinggal menyelesaikan beberapa mata pelajaran dari enam puluh mata pelajaran
Ilmu Kedokteran. Di ruang bedah inilah Herman berkenalan dengan Lita. Herman
sering mendapat bimbingan dari Lita. Seringnya pertemuan mereka itu, membuat
perasaan Herman terpikat Bahkan, jika Lita tidak muncul di ruang praktikum,
Herman merasa seperti ada sesuatu yang hilang.
Bagi Herman, tangan bukan hanya alat peraba dan perasa, tetapi juga
merupakan jembatan perantara yang dapat merasakan kuat atau lemahnya, dingin
atau hangatnya, tangan yang lain. Tangan merupakan jalinan keutuhan tersendiri.
Oleh karena itu, Herman ingin sekali menjabat tangan Lita. Apalagi pada
saat-saat kegembiraan, tatkala Lita dinyatakan lulus ujian akhir. Akan tetapi,
kegembiraan Lita ternyata akhir dari perjalanan hidupnya. Sementara, Herman
terus memacu keinginannya agar dapat berjabatan tangan dengan Lita. Barangkali
sebagai ungkapan rasa gembiranya terhadap Lita, Herman pun ingin mengetahui
sejauh mana perasaan Lita ketika tangan mereka berpautan. Namun sayang, Herman
harus puas setelah ia melihat tubuh Lita yang terbaring di jalan. Sebuah
kendaraan telah merenggut nyawa Lita untuk selama-lamanya. Mereka berpisah
tanpa berjabatan tangan, tanpa dapat merasakan perasaan mereka masing-masing.
Bagi Herman, putusnya hubungan seseorang dengan dunianya bukan berarti
tamatnya peran orang itu. Buat Herman, kematian Lita merupakan hal yang dapat
memacu dirinya untuk terus melangkah. Lita telah tiada secara wujud, tetapi
batinnya itulah yang tidak pernah akan berakhir. Pada mulanya Herman kurang
bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Namun, lama-kelamaan semangat
kerjanya pulih kembali. Menurutnya, semangat adalah sesuatu yang bersatu dengan
jiwa sehingga tidak dapat dipadamkan.
Selanjutnya, Herman berkenalan dengan Gloria (Ria), mahasiswi kedokteran
tingkat pertama. Hubungan Ria dengan Herman begitu akrab. Padahal orang tua
(Ibu) Ria tak pernah senang melihat anak gadisnya berhubungan akrab dengan
Herman, sekali pun Herman seorang dokter. Ibu Ria lebih senang jika anaknya
memilih Trisno. Trisno adalah anak seorang pengusaha kaya raya sehingga seakan
dapat di pastikan bahwa masa depan Trisno lebih baik daripada Herman.
Namun, cinta bukanlah sesuatu yang dapat dibanding-bandingkan dengan
harta atau dengan jaminan hidup. Ria tetap memilih Herman sebagai kekasih yang
amat dicintainya. Oleh karena itu, betapa pun sebelah mata Herman tidak
berfungsi dengan baik, Ria tidak pernah menganggap hal itu sebagai suatu
kelemahan atau kekurangan. Bahkan, saat sebelah mata Herman yang tadinya
berfungsi baik, Ria justru semakin berusaha keras untuk meyakinkan kekasihnya
bahwa penyakit itu dapat disembuhkan. Namun, Herman selalu menolak pertolongan
Ria. Bahkan, Herman telah sampai pada keputusasaan. Untuk itu, ia memohon agar
Ria mau melupakannya. Kemudian, Herman meninggalkan Ria dan tinggal di Bandung .
Ria ingin membuktikan ketulusan cintanya kepada Herman. Namun, Herman
mengatakan sebaliknya. Justru jika Ria mau melupakan Herman, itulah sebenarnya
bukti ketulusan cintanya. Ria tidak pantang menyerah. Segala upaya untuk
menyembuhkan mata kekasihnya. Ia begitu yakin bahwa penyakit mata yang diderita
kekasihnya dapat disembuhkan. Maka dengan segala daya upayanya, ia berhasil
membujuk Herman dan membawanya ke Amerika untuk dioperasi. Pada operasi pertama
dan kedua tidak membuahkan hasil. Herman semakin putus asa. Namun Ria tetap
yakin, operasi ketiga ini akan berhasil. Kenyataannya, memang berhasil. Herman
dapat melihat seperti semula.
Denpasar, Agustus 2012
Langganan:
Postingan (Atom)